Profil Desa



PROFIL DESA BOMO
KECAMATAN ROGOJAMPI


2.1 Kondisi Desa
      2.1.1 Sejarah Desa
Sejarah Desa Bomo dimulai sebelum abad 18, suatu wilayah yang berbatasan      antara Kecamatan Rogojampi dan Kecamatan Muncar berdirilah Desa yang diberi nama BOMO.

Adapun asal usul Desa Bomo tersebut konon ceritanya adalah sebagai berikut :
Pada Zaman dahulu kala masih hutan belantara nama BOMO belum ada sedangkan penduduk yang menghuni wilayah tersebut masih sedikit sekali. Pada suatu saat datanglah 5 (lima) ekor Kerbau (Bahasa Jawanya KEBO LIMO) datang di wilayah tersebut dan mengamuk. Sedangkan untuk keselamatan orang-orang yang menghuni di daerah itu maka Kelima Kerbau tersebut harus dimusnahkan (dibunuh), dan pada saat itu dibukalah sayembara yang isinya : “Barang siapa yang bisa membunuh lima kerbau (kebo limo) tersebut, maka dialah yang berhak mempunyai Wilayah Desa tersebut”.
            Pada saat itu datanglah sekelompok orang dari wilayah selatan, dan mengikuti sayembara dan kemudian mereka berhasil membunuh lima Kerbau (limo kebo) tersebut.
Dan akhirnya pada waktu itu Desa tersebut diberi nama BOMO, diambil dari kata :

            BO      : dari Kebo
            Mo      : dari Limo

            Sedangkan Dusun yang paling selatan adalah Dusun Krajan Bomo dimana Dusun tersebut merupakan tempat kejadian pemusnahan kelima Kebo (Kerbau) tersebut sekitar Tahun 1811.
            Disamping nama Desa Bomo tersebut di salah satu dusun terkecil ada dua dusun selain dusun Krajan Bomo yaitu Dusun Jatisari dan dusun Kedunen.

            Adapun sejarahnya dusun jatisari sebagai berikut :
Sebelum abad ke 18 di wilayah tersebut penuh dengan tumbuhnya pohon jati (hutan jati) belantara. Pada Zaman dahulu datanglah orang-orang dari Tuban dan Bojonegoro mereka datang merantau untuk babat alas (hutan) dan akhirnya jadi Perkampungan, dan salah satu dari mereka berpesan : “Besok kalau ada kamajuan jaman mohon daerah tersebut di beri nama Dusun JATISARI”.

            Adapun sejarah Dusun Kedunen diambil dari kata-kata :
Kedunge                   : adalah Pangunen-unen
Kedung                      : artinya wadah (Tempat)
Unen                          : artinya omongan (Pembicaraan)
Jadi daerah tersebut artinya Tempat Penampungan Omongan (Pembicaraan) maka dusun tersebut di beri nama KEDUNEN.

            Selain dusun-dusun yang ada di Desa Bomo juga ada peninggalan-peninggalan Nenek Moyang kita terdahulu yang mempunyai sejarah tersendiri antara lain sumber penawar yang mempunyai arti sebagai berikut :
Sumber                      : artinya Mata air
Penawar                    : artinya Penangkal

            Konon ceritanya pada Zaman dahulu setiap ada orang yang sakit seperti luka-luka, Kena bacok, gatal-gatal maka apabila dibawa ke Sumber Penawar tersebut dengan mengusap airnya pada tempat yang sakit maka luka tersebut akan sembuh seketika.
Adapun Sumber Penawar tersebut terletak di dusun Krajan dan airnya mengalir ke laut.

            Menurut cerita Sumber Penawar mempunyai kisah singkat tersendiri antara lain :
Pada jaman Pemerintahan Majapahit pada waktu itu Joko Umbaran dihajar oleh Kebo Mancuet, sampai luka-luka wajah dan tubuhnya. Dan pada saat itu Dia mandi di Sumber Penawar, maka luka-lukanya tersebut sembuh seketika.
            Sedangkan Pemerintah Desa Bomo mulai berdirinnya Desa mengalami pergantian 4 (empat) kali Kepala Desa, antara lain :

  1. Tahun 1811 sampai dengan Tahun 1933 di jabat BAKAH
  2. Tahun 1933 sampai dengan Tahun 1990 di jabat SUDIRMAN DJOYOHARJO
  3. Tahun 1990 sampai dengan Tahun 1998 di jabat H. MASYKUR FAUZI
  4. Tahun 1998 sampai dengan Tahun 2007 di jabat SOEPRAPTO
  5. Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2013 di jabat H.M. SISWONO
  6. Tahun 2013 sampai dengan sekarang di jabat SURATMAN
  
2.1.2 Geografis Desa
Desa Bomo secara geografis terletak di dataran yang tinggi dan sebagian berada di dataran rendah berjarak ± 10 Km arah timur dari pusat kecamatan dan memiliki potensi yang cukup strategis dengan luas wilayah 569.666 Ha yang terbagi menjadi 3 Dusun, yakni: Dusun Kedunen, Dusun Jatisari, Dusun Krajan, dengan perbatasan wilayah sebagai berikut :
    Utara          : Berbatasan dengan Desa Watukebo Kecamatan Rogojampin
    Barat           : Berbatasan dengan Desa Gintangan dan Karangrejo Kecamatan  
                        Rogojampi
    Selatan      : Berbatasan dengan Desa Kumendung Kecamatan Muncar
    Timur          : Berbatasan dengan Selat Bali

Desa Bomo Kecamatan Rogojampi memiliki jumlah penduduk ± 5. 941 jiwa yang terdiri dari 2.795 jiwa penduduk laki-laki dan 2.755 jiwa perempuan. Potensi Desa Bomo cukup besar, baik potensi yang sudah dimanfaatkan maupun yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Potensi yang ada baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya perlu terus digali dan dikembangkanuntuk kemakmuran masyarakat secara umum.

2.1.3 Demogafi Desa
              Secara umum gambaran penduduk Desa Bomo dapat diklasifikasikan dalam 4 hal yaitu : Berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan dan agama. Adapun gambaran dari demografi Desa Bomo sebagai berikut :

2.1.3.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
                  Gambaran secara umum tentang jumlah penduduk Desa Bomo berdasarkan jenis kelamin dapat disajikan adalah pada tabel 1 berikut :
Tabel 1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
Jumlah (orang)
1
Laki-laki
2.937
2
Perempuan
3.004
Jumlah
5. 941
Sumber : Monografi Desa Bomo Tahun 2014
       Dari tabel 1 diatas menunjukan bahwa sebagian besar 3.004 orang (50,56%) penduduk Desa Bomo berjenis kelamin perempuan sedangkan sisanya sebesar 2.937 orang (49,44%) berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukan bahwa di Desa Bomo peran perempuan dalam perumusan pembangunan mempunyai arti yang sangat penting dan strategis.

2.1.3.2 Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
                  Sedangkan gambaran secara umum tentang jumlah penduduk Desa Bomo berdasarkan pekerjaan dapat disajikan pada tabel 2 adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No
Pekerjaan
Jumlah (orang)
1
Petani
2.025
3
Buruh
925
4
Peternak
1.090
5
Perdagangan keliling
14
6
Tukang
77
7
Pengrajin
100
8
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
13
9
TNI/POLRI
8
10
Tenaga Medis
3
11
Nelayan
498
12
Karyawan Swasta
270
Jumlah
5.023
Sumber : Demografi Desa bomo Tahun 2014

                  Dari data tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Desa Bomo bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani sebanyak 2.950 orang (59,00%) sebagai pegawai swasta sebanyak 270 orang (5,38%)  bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 13 orang (0.26 %), bekerja dibidang perdagangan sebanyak 14 orang (0,28 %) , sebagai Pengrajin Batik sebanyak 9 orang (0,18 %), dan di bidang Nelayan sebanyak 498 orang (9,91%)

2.1.3.3 Penduduk Berdasarkan Pendidikan
                  Gambaran secara rinci tentang jumlah penduduk Desa Bomo berdasarkan tingkat pendidikan dapat disajikan pada tabel 3 adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
Pendidikan
Jumlah
1
SD
2.775
2
SMP
1.664
3
SMA
1.053
4
PT / Akademi
99
5
Tidak Sekolah
350
Jumlah
5.941
Sumber : Profil Desa Bomo Tahun 2014

                   Dari data tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Desa Bomo mempunyai pendidikan SD/MI sebesar 2.775 orang (46,71%), sedangkan sebanyak 1.664 orang (28,01%) berpendidikan SMP/ MTs, sebanyak 1.053 orang (17,72%) berpendidikan SMA / MA, sebanyak 99 orang (1,67%) berpendidikan PT/Akademi sedangkan sisanya sebanyak 350 orang (5,89%) tidak sekolah.

2.1.3.4 Penduduk Berdasarkan Agama
       Jumlah penduduk Desa Bomo berdasarkan pemeluk agama dapat disajikan pada tabel 4  adalah sebagai berikut :
Tabel 4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama
N0
Agama
Jumlah
1
Islam
5.479
2
Kristen
10
3
Katolik
-
4
Hindu
448
5
Budha
4
Jumlah
5.941
Sumber : Profil Desa Bomo Tahun 2014

Dari tabel 4 menunjukan bahwa penduduk Desa Bomo sebanyak 5.479 orang (92,22%) memeluk agama Islam, sedangkan sebanyak 10 orang (0,17%) memeluk agama Kristen, sebanyak 448 orang (7,54%) memeluk agama Hindu dan sebanyak 4 orang (0,07%) memeluk agama Budha.  Keadaan yang demikian ditunjukan dengan banyaknya bangunan sarana prasarana ibadah yang berupa Masjid dan Mushala dan ada tempat ibadah untuk umat Hindu dan Budha, serta kehidupan masyarakat Desa Bomo yang Islamis dan relegius.

2.1.3.5 Penduduk Berdasarkan Usia
       Jumlah penduduk Desa Bomo berdasarkan pemeluk usia dapat disajikan pada tabel 5  adalah sebagai berikut :

Tabel 5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
No
Usia
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
orang
Prosentase
1
0-4
97
117
214
3,6%
2
5-9
500
642
1.142
19.22%
3
10-14
276
315
591
9,95%
4
15-19
275
215
490
8,25%
5
20-24
294
218
512
8,62%
6
25-29
315
263
578
9,73%
7
30-34
244
422
666
11,21%
8
35-39
250
161
411
6,92%
9
40-44
233
148
381
6,86%
10
45-49
86
63
149
2,68%
11
50-54
87
63
150
2,70%
12
55-58
135
176
311
5,60%
13
>59
137
177
314
5,66%
Jumlah Total


5.941
100,%
Berdasarkan Data PPLS 2010
 Dari data di atas nampak bahwa penduduk usia produktif pada usia 20-49 tahun Desa Bomo sekitar 5.134 atau hampir 86,42 %. Hal ini merupakan modal berharga bagi pengadaan tenaga produktif dan SDM.
Tingkat kemiskinan di Desa Bomo termasuk tinggi. Dari jumlah 2.415 KK di atas, sejumlah 387 KK tercatat sebagai Pra Sejahtera; 173 KK tercatat Keluarga Sejahtera I; 848 KK  tercatat Keluarga Sejahtera II; 405 KK tercatat Keluarga Sejahtera III; 350 KK sebagai sejahtera III plus. Jika KK golongan Pra-sejahtera dan KK golongan I digolongkan sebagai KK golongan miskin, maka 50 % KK Desa Bomo adalah keluarga miskin.

2.1.3.6 Penduduk Berdasarkan Kondisi Kesehatan
Masalah pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga masyarakat dan merupakan hal yang penting bagi peningkatan kualitas masyarakat kedepan. Masyarakat yang produktif harus didukung oleh kondisi kesehatan. Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang terserang penyakit. Dari data yang ada menunjukkan adanya jumlah masyarakat yang terserang penyakit relatif tinggi. Adapun penyakit yang sering diderita antara lain infeksi pernapasan akut bagian atas, malaria, penyakit sistem otot dan jaringan pengikat. Data tersebut menunjukkan bahwa gangguan kesehatan yang sering dialami penduduk adalah penyakit yang bersifat cukup berat dan memiliki durasi lama bagi kesembuhannya, yang diantaranya disebabkan perubahan cuaca serta kondisi lingkungan yang kurang sehat. Ini tentu mengurangi daya produktifitas masyarakat  Desa Bomo secara umum.
Sedangkan data orang cacat mental dan fisik juga cukup tinggi jumlahnya. Tercatat penderita bibir sumbing berjumlah 3 orang, tuna wicara 7 orang, tuna rungu 10 orang, tuna netra 4 orang, dan lumpuh 2 orang. Data ini menunjukkan masih rendahnya kualitas hidup sehat di Desa Bomo.
Hal yang perlu juga dipaparkan di sini adalah terkait keikutsertaan masyarakat dalam KB. Terkait hal ini peserta KB aktif tahun 2010 di Desa Bomo berjumlah 1.889 pasangan usuia subur. Sedangkan jumlah bayi yang diimunisasikan dengan Polio dan DPT-1 berjumlah 348 bayi. Tingkat partisipasi demikian ini relatif tinggi walaupun masih bisa dimaksimalkan mengingat cukup tersedianya fasilitas kesehatan berupa sebuah Puskesmas, dan Polindes di Desa Bomo. Maka wajar jika ketersediaan fasilitas kesehatan yang relatif lengkap ini berdampak pada kualitas kelahiran bagi bayi lahir. Dari 238 kasus bayi lahir pada tahun 2010, hanya 1 bayi yang tidak tertolong.
Hal yang perlu juga dipaparkan di sini adalah kualitas balita. Dalam hal ini, dari jumlah 783 balita di tahun 2010, masih terdapat 6 balita bergizi buruk, 40 balita bergizi kurang dan lainnya sedang dan baik. Hal inilah kiranya yang perlu ditingkatkan perhatiannya agar kualitas balita Desa Bomo ke depan lebih baik.   

2.1.4 Keadaan Sosial Desa
Dengan adanya perubahan dinamika politik dan sistem politik di Indonesia yang lebih demokratis, memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk menerapkan suatu mekanisme politik yang dipandang lebih demokratis. Dalam konteks politik lokal Desa Sumberbening, hal ini tergambar dalam pemilihan kepala desa dan pemilihan-pemilihan lain (pilleg, pilpres, pemillukada, dan pimilugub) yang juga melibatkan warga masyarakat desa secara umum.

Khusus untuk pemilihan kepala Desa Bomo, sebagaimana tradisi kepala desa di Jawa, biasanya para peserta (kandidat) nya adalah mereka yang secara trah memiliki hubungan dengan elit kepala desa yang lama. Hal ini tidak terlepas dari anggapan masyarakat banyak di desa-desa bahwa jabatan kepala desa adalah jabatan garis tangan keluarga-keluarga tersebut. Fenomena inilah yang biasa disebut pulung –dalam tradisi jawa- bagi keluarga-keluarga tersebut.
Jabatan kepala desa merupakan jabatan yang tidak serta merta dapat diwariskan kepada anak cucu. Mereka dipilh karena kecerdasan, etos kerja, kejujuran dan kedekatannya dengan warga desa. Kepala desa bisa diganti sebelum masa jabatannya habis, jika ia melanggar peraturan maupun norma-norma yang berlaku. Begitu pula ia bisa diganti jika ia berhalangan tetap.
Karena demikian, maka setiap orang yang memiliki dan memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan dalam perundangan dan peraturan yang berlaku, bisa mengajukan diri untuk mendaftar menjadi kandidat kepala desa. Fenomena ini juga terjadi pada pemilihan desa Bomo pada tahun 2007. Pada pilihan kepala desa ini partisipasi masyarakat sangat tinggi, yakni hampir 95%. Tercatat ada tiga kandidat kepala desa pada waktu itu yang mengikuti pemilihan kepala desa. Pilihan kepala Desa bagi warga masyarakat Desa Bomo seperti acara perayaan desa.
Pada bulan Juli dan Nopember 2008 ini masyarakat juga dilibatkan dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur putaran I dan II secara langsung. Walaupun tingkat partisipasinya lebih rendah dari pada pilihan kepala Desa, namun hampir 70% daftar pemilih tetap, memberikan hak pilihnya. Ini adalah proggres demokrasi yang cukup signifikan di Desa Bomo.
Setelah proses-proses politik selesai, situasi desa kembali berjalan normal. Hiruk pikuk warga dalam pesta demokrasi desa berakhir dengan kembalinya kehidupan sebagaimana awal mulanya. Masyarakat tidak terus menerus terjebak dalam sekat-sekat kelompok pilihannya. Hal ini ditandai dengan kehidupan yang penuh tolong menolong maupun gotong royong.
Walaupun pola kepemimpinan ada di Kepala Desa namun mekanisme pengambilan keputusan selalu ada pelibatan masyarakat baik lewat lembaga resmi desa seperti Badan Perwakilan Desa maupun lewat masyarakat langsung. Dengan demikian terlihat bahwa pola kepemimpinan di Wilayah Desa Bomo mengedepankan pola kepemimpinan yang demokratis.
Berdasarkan deskripsi beberapa fakta di atas, dapat dipahami bahwa Desa Bomo mempunyai dinamika politik lokal yang bagus. Hal ini terlihat baik dari segi pola kepemimpinan, mekanisme pemilihan kepemimpinan, sampai dengan partisipasi masyarakat dalam menerapkan sistem politik demokratis ke dalam kehidupan politik lokal. Tetapi terhadap minat politik daerah dan nasional terlihat masih kurang antusias. Hal ini dapat dimengerti dikarenakan dinamika politik nasional dalam kehidupan keseharian masyarakat Desa Bomo kurang mempunyai greget, terutama yang berkaitan dengan permasalahan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat secara langsung.
Berkaitan dengan letaknya yang berada diperbatasan Jawa Timur paling ujung timur suasana budaya masyarakat Jawa sangat terasa di Desa Bomo. Dalam hal kegiatan agama Islam misalnya, suasananya sangat dipengaruhi oleh aspek budaya dan sosial Jawa. Hal ini tergambar dari dipakainya kalender Jawa/ Islam, masih adanya budaya nyadran, slametan, tahlilan, mithoni, dan lainnya, yang semuanya merefleksikan sisi-sisi akulturasi budaya Islam dan Jawa.
Dengan semakin terbukanya masyarakat terhadap arus informasi, hal-hal lama ini mulai mendapat respon dan tafsir balik dari masyarakat. Hal ini menandai babak baru dinamika sosial dan budaya, sekaligus tantangan baru bersama masyarakat Desa Bomo. Dalam rangka merespon tradisi lama ini telah mewabah dan menjamur kelembagaan sosial, politik, agama, dan budaya di Desa Bomo. Tentunya hal ini membutuhkan kearifan tersendiri, sebab walaupun secara budaya berlembaga dan berorganisasi adalah baik tetapi secara sosiologis ia akan beresiko menghadirkan kerawanan dan konflik sosial.
Dalam catatan sejarah, selama ini belum pernah terjadi bencana alam dan sosial yang cukup berarti di Desa Bomo. Isu-isu terkait tema ini, seperti kemiskinan dan bencana alam, tidak sampai pada titik kronis yang membahayakan masyarakat dan sosial.

2.1.5 Keadaan Ekonomi
Tingkat pendapatan rata-rata penduduk Desa Bomo Rp. 10.000,-/hari Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa Bomo dapat teridentifikasi ke dalam beberapa sektor yaitu pertanian, jasa/perdagangan, industri dan lain-lain. Berdasarkan data yang ada, masyarakat yang bekerja di sektor pertanian berjumlah 1.810 orang, yang bekerja disektor jasa berjumlah 52 orang, yang bekerja di sektor industri 125 orang, dan bekerja di sektor lain-lain 3.563 orang. Dengan demikian jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian berjumlah 5.550 orang. Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian.
Tabel 6
Mata Pencaharian dan Jumlahnya
     
No
Mata Pencaharian
Jumlah
Prosentase

1
Pertanian
1.810 orang
32,61 %

2
Jasa/ Perdagangan
1. Jasa Pemerintahan
2. Jasa Perdagangan
3. Jasa Angkutan
4. Jasa Ketrampilan
5. Jasa lainnya

41 orang
303 orang
- orang
82 orang
9 orang

0,74 %
5,46 %
0 %
1,48 %
0,16 %

3
Sektor Industri
125 orang
2,25 %

4
Sektor lain
3.180 orang
57,30 %

Jumlah
5.550 orang
100 %


Dengan melihat data di atas maka angka pengangguran di Desa Bomo masih cukup rendah. Berdasarkan data lain dinyatakan bahwa jumlah penduduk usia 20-55 yang belum bekerja berjumlah 334 orang dari jumlah angkatan kerja sekitar 3.894 orang. Angka-angka inilah yang merupakan kisaran angka pengangguran di Desa Bomo.

2.4 Kondisi Infrastruktur yang Mendukung Rencana Pengembangan

2.4.1 Sarana dan Prasarana Pendukung Pemerintahan
Fasilitas sarana dan prasarana pemerintahan yang ada di wilayah desa Bomo berupa Kantor Desa yang sementara ini berada di Rumah Kepala Desa .

2.4.2 Sarana Jalan
Sarana jalan khususnya jalan aspal yang tersebar di 7 (Tujuh) dusun yang ada di desa Bomo pada umumnya banyak yang rusak, pada saat musim hujan jalan menjadi licin dan becek hal ini disebabkan banyak saluran air yang berada di tepi jalan terkikis air dan saluran air menjadi mampet/buntu disamping itu juga dijumpai jalan aspal yang dibangun tidak mempunyai saluran pembuangan air  , keadaan demikian sangat membahayakan bagi pengendara kendaraan dapat mengakibatkan jatuh dan rawan  terjadinya kecelakaan.
Jalan Makadam yang ada di desa Bomo dan tersebar di 7 (tujuh) dusun banyak yang rusak dan berlobang dan masih belum tergarap sehingga apabila musim hujan jalan menjadi licin dan becek sehingga  dapat membahayakan pengendara kendaraan serta rawan terjadi kecelakan. Perlu segera dilakukan perbaikan jalan makadam atau  peningkatan kualitas jalan dari makadam menjadi jalan aspal.
Jalan lingkungan yang berada di desa Bomo yang tersebar di 7(Tujuh) dusun, masih banyak jalan setapak (tanah),apabila musim hujan datang  lingkungan disekitarnya banjir dan becek sehingga mengganggu aktifitas warga serta dapat menyebabkan wabah penyakit diare dan demam berdarah. Permasalahan jalan ini  apabila tidak cepat diatasi maka akan mengakibatkan terganggunya aktifitas dan pertumbuhan ekonmi desa Bomo.

2.4.3     Sarana Listrik / Jaringan Listrik Desa
Dusun-dusun yang ada di desa Bomo (3 dusun) sudah terjangkau layanan jaringan listrik pedesaan dan sebagian besar rumah tangga telah  menggunakan penerangan lampu listrik. Pada beberapa fasilitas umum seperti Jalan di dusun Kedunen, Jatisari, Krajan, serta tempat pemakaman umum sampai saat ini sudah terpasang lampu penerangan  sehingga  memerlukan penambahan pemasangan lampu penerangan. Di lokasi tersebut jika malam hari tidak gelap sehingga bisa terhindar terjadinya tindakan kriminal, mengganggu keamanan serta stabilitas aktifitas warga.

2.4.3     Sarana Ekonomi Desa
Sarana ekonomi yang ada di desa Bomo adalah terdapat toko dan  warung yang menjual kebutahan pokok untuk keperluan warga desa Bomo, keberadaan warung dan toko ini sangat membantu warga dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari harinya.
Di Dusun Krajan sebagian besar warga mempunyai kegiatan home industri yang bergerak di bidang pembuatan Keranjang Ikan, sehingga dusun Krajan merupakan sentra industri Keranjang ikan yang sudah terkenal. Kegiatan ini sangat membantu peningkatan pendapat ekonomi masyarakat desa Bomo, namun masih ada kendala dalam pemasaran hasil dan minimnya modal yang dimiliki. Perlu adanya pembinaan dari pihak terkait  terhadap kelompok home industri agar kualitas hasil lebih baik dan memerlukan  tambahan bantuan modal usaha.

2.4.4     Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang terdapat di desa Bomo antara lain : TK/ RA 3 buah, SD/MI 3 buah, SMA/MA   1 buah. Keadaan sarana pendidikan tersebut   sebagian gedung/ kelas  rusak sedang sampai rusak berat sehingga perlu dilakukan Rehab/pendirian gedung baru, Ruangan/lokal kelas tidak mampu menampung jumlah siswa, halaman sekolah becek jika musim hujan.
Selain hal tersebut di beberapa sekolahan masih kekurangan buku-buku pelajaran yang dapat menunjang proses belajar dan mengajar.

2.4.5     Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di desa Bomo antara lain : 1 buah Polindes, dan  6 buah tempat posyandu.  Petugas Polindes yang melayani masyarakat terdiri dari 1 orang bidan, dan 1 orang Mantri. jumlah kader penggerak posyandu di desa Bomo sebanyak 6 orang.  
Selain itu di Desa Bomo juga terdapat 1 orang dukun beranak yang sudah mengikuti pelatihan dari dinas kesehatan (dukun terlatih) yang siap untuk melayani dan membantu para ibu-ibu hamil yang akan melahirkan.

2.4.6     Sarana Ibadah
Sarana peribadatan yang ada di desa Bomo adalah 5 buah masjid dan  30 buah Musollah. Sarana ibadah ini cukup untuk menampung rutinitas kegiatan ibadah ummat islam di desa Bomo yang 100 % masyarakatnya pemeluk agama Islam. Keadaan bangunan  masjid dan bangunan musollah saat ini  sebagian ada  yang memerlukan rehab/pembangunan kembali karena kondisi bangunannya sudah rusak berat maupun rusak ringan.

2.5    Gambaran Modal Sosial Lokal
2. 5.1 Tingkat SDM Yang Dimiliki Desa
1.  Tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat yang masih rendah.
2.   Kurangnya keahlian dan keterampilan masyarakat yang mengakibatkan banyaknya pengangguran karena tidak dapat bersaing pada bursa kerja maupun penciptaan lapangan kerja.
3.   Masih tingginya penduduk miskin

2.5.2 Tingkat Hubungan Sosial Kemasyarakatan
1.  Banyak warga masyarakat hamil yang memeriksakan kehamilannya tidak secara rutin, kurangnya gizi, kurangnya pengetahuan akan kesehatan ibu hamil dan tidak mampu melakukan persalinan di puskesmas/bidan.
2.  Banyak anak usia balita yang kurang gizi, kurangnya pengetahuan ibu akan pentingnya kesehatan anak balita, dan kurang lengkapnya fasilitas pelayanan warga masyarakat dan anak yang dimiliki  oleh posyandu,
3.  Banyak janda dan jompo serta anak cacat yang tidak dapat menghidupi dirinya dan ketidakmampuan menghidupi dirinya dan meningkatkan penghasilannya.

2.5.3 Tingkat Hubungan Antara Kelembagaan Masyarakat Desa
            Secara struktural desa Bomo memiliki 3 Dusun yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Dusn (Kepala Lingkungan). Dibawah lindungan Kepala Desa yang dudukung oleh bidan desa termasuk Polindes.
Kondisi tersebut didukung adanya hubungan yang harmonis antara lain :
-       Hubungan yang baik antara Ulama’ dan Umaro
-       Adanya jalinan kerja sama diantara masyarakat
-       Adanya jalinan antara perangkat Desa dengan masyarakat
-       Terlaksananya hubungan yang harmonis antara BPD dan desa sehingga program-program pemerintah yang dilaksanakan di Desa Bomo dapat berjalan dengan baik.
-       Adanya gerakan PKK yang membantu peningkatan peran perempuan dan keluarga dalam mendukung kesejahteraan.
-       Adanya organisasi karang taruna yang mampu mengoptimalkan peran pemuda dalam pembangunan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
  • DESA BOMO © 2012 | Designed by Rumah Dijual, in collaboration with Web Hosting , Blogger Templates and WP Themes