PROFIL
DESA BOMO
KECAMATAN ROGOJAMPI
2.1 Kondisi Desa
2.1.1
Sejarah Desa
Sejarah Desa Bomo
dimulai sebelum abad 18, suatu wilayah yang berbatasan antara Kecamatan Rogojampi dan Kecamatan
Muncar berdirilah Desa yang diberi nama BOMO.
Adapun asal usul Desa
Bomo tersebut konon ceritanya adalah sebagai berikut :
Pada Zaman dahulu kala masih hutan belantara
nama BOMO belum ada sedangkan penduduk
yang menghuni wilayah tersebut masih sedikit sekali. Pada suatu saat datanglah 5 (lima) ekor
Kerbau (Bahasa Jawanya KEBO LIMO) datang di wilayah tersebut dan mengamuk.
Sedangkan untuk keselamatan orang-orang yang menghuni di daerah itu maka Kelima
Kerbau tersebut harus dimusnahkan (dibunuh), dan pada saat itu dibukalah
sayembara yang isinya : “Barang siapa
yang bisa membunuh lima kerbau (kebo limo) tersebut, maka dialah yang berhak
mempunyai Wilayah Desa tersebut”.
Pada saat itu datanglah
sekelompok orang dari wilayah selatan, dan mengikuti sayembara dan kemudian
mereka berhasil membunuh lima Kerbau (limo kebo) tersebut.
Dan akhirnya pada waktu itu Desa tersebut
diberi nama BOMO, diambil dari kata :
BO :
dari Kebo
Mo :
dari Limo
Sedangkan Dusun yang
paling selatan adalah Dusun Krajan Bomo dimana Dusun tersebut merupakan tempat
kejadian pemusnahan kelima Kebo (Kerbau) tersebut sekitar Tahun 1811.
Disamping
nama Desa Bomo tersebut di salah satu dusun terkecil ada dua dusun selain dusun
Krajan Bomo yaitu Dusun Jatisari dan dusun Kedunen.
Adapun
sejarahnya dusun jatisari sebagai berikut :
Sebelum abad ke 18 di wilayah tersebut penuh
dengan tumbuhnya pohon jati (hutan jati) belantara. Pada Zaman dahulu datanglah orang-orang dari
Tuban dan Bojonegoro mereka datang merantau untuk babat alas (hutan) dan
akhirnya jadi Perkampungan, dan salah satu dari mereka berpesan : “Besok kalau ada kamajuan jaman mohon daerah
tersebut di beri nama Dusun JATISARI”.
Adapun sejarah Dusun
Kedunen diambil dari kata-kata :
Kedunge :
adalah Pangunen-unen
Kedung :
artinya wadah (Tempat)
Unen :
artinya omongan (Pembicaraan)
Jadi daerah tersebut artinya Tempat
Penampungan Omongan (Pembicaraan) maka dusun tersebut di beri nama KEDUNEN.
Selain dusun-dusun yang
ada di Desa Bomo juga ada peninggalan-peninggalan Nenek Moyang kita
terdahulu yang mempunyai sejarah tersendiri antara lain sumber penawar yang
mempunyai arti sebagai berikut :
Sumber :
artinya Mata air
Penawar :
artinya Penangkal
Konon
ceritanya pada Zaman dahulu setiap ada orang yang sakit seperti luka-luka, Kena
bacok, gatal-gatal maka apabila dibawa ke Sumber Penawar tersebut dengan mengusap
airnya pada tempat yang sakit maka luka tersebut akan sembuh seketika.
Adapun Sumber Penawar tersebut terletak di
dusun Krajan dan airnya mengalir ke laut.
Menurut
cerita Sumber Penawar mempunyai kisah singkat tersendiri antara lain :
Pada jaman Pemerintahan Majapahit pada waktu
itu Joko Umbaran dihajar oleh Kebo Mancuet, sampai luka-luka wajah dan
tubuhnya. Dan pada saat itu Dia mandi di Sumber
Penawar, maka luka-lukanya tersebut sembuh seketika.
Sedangkan
Pemerintah Desa Bomo mulai berdirinnya Desa mengalami pergantian 4 (empat) kali
Kepala Desa, antara lain :
- Tahun 1811 sampai dengan Tahun 1933 di jabat BAKAH
- Tahun 1933 sampai dengan Tahun 1990 di jabat SUDIRMAN DJOYOHARJO
- Tahun 1990 sampai dengan Tahun 1998 di jabat H. MASYKUR FAUZI
- Tahun 1998 sampai dengan Tahun 2007 di jabat SOEPRAPTO
- Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2013 di jabat H.M. SISWONO
- Tahun 2013 sampai dengan sekarang di jabat SURATMAN
2.1.2 Geografis
Desa
Desa Bomo secara
geografis terletak di dataran yang tinggi dan sebagian berada di dataran rendah
berjarak ± 10 Km arah timur dari pusat kecamatan dan memiliki potensi yang
cukup strategis dengan luas wilayah 569.666 Ha yang terbagi menjadi 3 Dusun, yakni:
Dusun Kedunen, Dusun Jatisari, Dusun Krajan, dengan perbatasan
wilayah sebagai berikut :
Utara : Berbatasan dengan Desa Watukebo Kecamatan Rogojampin
Barat : Berbatasan dengan Desa Gintangan
dan Karangrejo Kecamatan
Rogojampi
Selatan : Berbatasan
dengan Desa Kumendung Kecamatan Muncar
Timur :
Berbatasan dengan Selat Bali
Desa Bomo
Kecamatan Rogojampi memiliki jumlah penduduk ± 5. 941 jiwa yang
terdiri dari 2.795 jiwa penduduk laki-laki dan 2.755 jiwa
perempuan. Potensi Desa Bomo cukup besar, baik potensi yang sudah dimanfaatkan
maupun yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Potensi yang ada baik sumber
daya alam maupun sumber daya manusianya perlu terus digali dan
dikembangkanuntuk kemakmuran masyarakat secara umum.
2.1.3 Demogafi Desa
Secara umum gambaran penduduk Desa Bomo dapat
diklasifikasikan dalam 4 hal yaitu : Berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan,
tingkat pendidikan dan agama. Adapun gambaran dari demografi Desa Bomo sebagai
berikut :
2.1.3.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambaran
secara umum tentang jumlah penduduk Desa Bomo berdasarkan jenis kelamin dapat
disajikan adalah pada tabel 1 berikut :
Tabel
1
Jumlah
Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah (orang)
|
1
|
Laki-laki
|
2.937
|
2
|
Perempuan
|
3.004
|
Jumlah
|
5. 941
|
Sumber : Monografi Desa Bomo Tahun 2014
Dari
tabel 1 diatas menunjukan bahwa sebagian besar 3.004 orang (50,56%) penduduk Desa Bomo berjenis kelamin
perempuan sedangkan sisanya sebesar 2.937 orang (49,44%) berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukan bahwa di Desa Bomo peran
perempuan dalam perumusan pembangunan mempunyai arti yang sangat penting dan
strategis.
2.1.3.2 Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Sedangkan
gambaran secara umum tentang jumlah penduduk Desa Bomo berdasarkan pekerjaan
dapat disajikan pada tabel 2 adalah sebagai berikut :
Tabel
2
Jumlah
Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No
|
Pekerjaan
|
Jumlah (orang)
|
1
|
Petani
|
2.025
|
3
|
Buruh
|
925
|
4
|
Peternak
|
1.090
|
5
|
Perdagangan keliling
|
14
|
6
|
Tukang
|
77
|
7
|
Pengrajin
|
100
|
8
|
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
|
13
|
9
|
TNI/POLRI
|
8
|
10
|
Tenaga Medis
|
3
|
11
|
Nelayan
|
498
|
12
|
Karyawan Swasta
|
270
|
Jumlah
|
5.023
|
Sumber : Demografi Desa bomo Tahun 2014
Dari
data tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Desa Bomo bermata
pencaharian sebagai petani dan buruh tani sebanyak 2.950
orang (59,00%) sebagai pegawai swasta sebanyak 270 orang (5,38%) bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 13 orang (0.26 %), bekerja dibidang perdagangan sebanyak 14 orang (0,28 %) , sebagai Pengrajin Batik sebanyak 9 orang (0,18 %), dan di bidang Nelayan sebanyak 498 orang (9,91%)
2.1.3.3 Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Gambaran secara rinci tentang jumlah
penduduk Desa Bomo berdasarkan tingkat pendidikan dapat disajikan pada tabel 3 adalah
sebagai berikut :
Tabel
3
Jumlah
Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
|
Pendidikan
|
Jumlah
|
1
|
SD
|
2.775
|
2
|
SMP
|
1.664
|
3
|
SMA
|
1.053
|
4
|
PT / Akademi
|
99
|
5
|
Tidak Sekolah
|
350
|
Jumlah
|
5.941
|
Sumber : Profil Desa Bomo Tahun 2014
Dari data tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar
penduduk Desa Bomo mempunyai pendidikan SD/MI sebesar 2.775 orang (46,71%), sedangkan sebanyak 1.664 orang (28,01%) berpendidikan SMP/ MTs, sebanyak 1.053 orang (17,72%) berpendidikan SMA /
MA, sebanyak 99 orang (1,67%) berpendidikan PT/Akademi sedangkan sisanya sebanyak 350 orang (5,89%) tidak sekolah.
2.1.3.4 Penduduk Berdasarkan Agama
Jumlah
penduduk Desa Bomo berdasarkan pemeluk agama dapat disajikan pada tabel 4 adalah sebagai berikut :
Tabel 4
Jumlah
Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama
N0
|
Agama
|
Jumlah
|
1
|
Islam
|
5.479
|
2
|
Kristen
|
10
|
3
|
Katolik
|
-
|
4
|
Hindu
|
448
|
5
|
Budha
|
4
|
Jumlah
|
5.941
|
Sumber : Profil Desa Bomo Tahun 2014
Dari tabel 4 menunjukan bahwa
penduduk Desa Bomo sebanyak 5.479 orang (92,22%) memeluk agama Islam, sedangkan sebanyak 10
orang (0,17%) memeluk agama Kristen, sebanyak 448
orang (7,54%) memeluk agama Hindu dan sebanyak 4
orang (0,07%) memeluk agama Budha. Keadaan yang demikian ditunjukan dengan
banyaknya bangunan sarana prasarana ibadah yang berupa Masjid dan Mushala dan
ada tempat ibadah untuk umat Hindu dan Budha, serta
kehidupan masyarakat Desa Bomo yang Islamis dan relegius.
2.1.3.5 Penduduk Berdasarkan Usia
Jumlah
penduduk Desa Bomo berdasarkan pemeluk usia dapat disajikan pada tabel 5 adalah sebagai berikut :
Tabel 5
Jumlah Penduduk
Berdasarkan Usia
No
|
Usia
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
orang
|
Prosentase
|
1
|
0-4
|
97
|
117
|
214
|
3,6%
|
2
|
5-9
|
500
|
642
|
1.142
|
19.22%
|
3
|
10-14
|
276
|
315
|
591
|
9,95%
|
4
|
15-19
|
275
|
215
|
490
|
8,25%
|
5
|
20-24
|
294
|
218
|
512
|
8,62%
|
6
|
25-29
|
315
|
263
|
578
|
9,73%
|
7
|
30-34
|
244
|
422
|
666
|
11,21%
|
8
|
35-39
|
250
|
161
|
411
|
6,92%
|
9
|
40-44
|
233
|
148
|
381
|
6,86%
|
10
|
45-49
|
86
|
63
|
149
|
2,68%
|
11
|
50-54
|
87
|
63
|
150
|
2,70%
|
12
|
55-58
|
135
|
176
|
311
|
5,60%
|
13
|
>59
|
137
|
177
|
314
|
5,66%
|
Jumlah
Total
|
5.941
|
100,%
|
Berdasarkan
Data PPLS 2010
Dari data di atas nampak bahwa penduduk usia
produktif pada usia 20-49 tahun Desa Bomo sekitar 5.134 atau hampir 86,42 %. Hal ini merupakan modal
berharga bagi pengadaan tenaga produktif dan SDM.
Tingkat kemiskinan di Desa Bomo termasuk tinggi. Dari jumlah 2.415 KK di
atas, sejumlah 387 KK
tercatat sebagai Pra Sejahtera; 173 KK tercatat Keluarga
Sejahtera I; 848
KK tercatat Keluarga Sejahtera II; 405 KK tercatat Keluarga
Sejahtera III; 350 KK sebagai sejahtera III
plus. Jika KK golongan Pra-sejahtera dan KK golongan I digolongkan sebagai KK
golongan miskin, maka 50 %
KK Desa Bomo adalah
keluarga miskin.
2.1.3.6 Penduduk Berdasarkan Kondisi Kesehatan
Masalah pelayanan kesehatan adalah hak
setiap warga masyarakat dan merupakan hal yang penting bagi peningkatan kualitas masyarakat kedepan.
Masyarakat yang produktif harus didukung oleh kondisi kesehatan. Salah
satu cara untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat
dapat dilihat dari banyaknya masyarakat
yang terserang penyakit. Dari data yang ada menunjukkan
adanya jumlah masyarakat yang terserang penyakit relatif tinggi. Adapun penyakit yang sering diderita antara lain infeksi pernapasan akut bagian atas, malaria,
penyakit sistem otot dan jaringan pengikat. Data tersebut menunjukkan bahwa
gangguan kesehatan yang sering dialami penduduk adalah penyakit yang bersifat
cukup berat dan memiliki durasi lama bagi
kesembuhannya, yang diantaranya disebabkan perubahan cuaca serta kondisi
lingkungan yang kurang sehat. Ini tentu mengurangi daya produktifitas
masyarakat Desa Bomo secara umum.
Sedangkan data orang cacat mental dan fisik juga cukup tinggi
jumlahnya. Tercatat penderita bibir sumbing berjumlah 3 orang, tuna wicara 7 orang, tuna rungu 10 orang, tuna netra 4 orang, dan lumpuh 2 orang. Data ini
menunjukkan masih rendahnya kualitas hidup sehat di Desa Bomo.
Hal yang perlu juga dipaparkan di sini adalah terkait
keikutsertaan masyarakat dalam KB. Terkait hal ini peserta KB aktif tahun 2010 di Desa Bomo berjumlah
1.889 pasangan usuia subur.
Sedangkan jumlah bayi yang diimunisasikan dengan Polio dan DPT-1 berjumlah 348 bayi. Tingkat partisipasi demikian ini relatif tinggi
walaupun masih bisa dimaksimalkan mengingat cukup tersedianya fasilitas
kesehatan berupa sebuah Puskesmas, dan Polindes di Desa Bomo. Maka
wajar jika ketersediaan fasilitas kesehatan yang relatif lengkap ini berdampak pada kualitas kelahiran bagi bayi lahir. Dari 238 kasus bayi lahir pada tahun 2010, hanya 1
bayi yang tidak tertolong.
Hal yang perlu juga dipaparkan di sini adalah kualitas
balita. Dalam hal ini, dari jumlah 783 balita di tahun 2010, masih terdapat 6 balita bergizi
buruk, 40 balita bergizi kurang dan lainnya sedang dan baik. Hal
inilah kiranya yang perlu ditingkatkan perhatiannya agar kualitas balita Desa Bomo ke depan
lebih baik.
2.1.4 Keadaan Sosial Desa
Dengan
adanya perubahan dinamika politik dan sistem politik di Indonesia yang lebih demokratis,
memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk menerapkan suatu mekanisme politik
yang dipandang lebih demokratis. Dalam konteks politik lokal Desa Sumberbening,
hal ini tergambar dalam pemilihan kepala desa dan pemilihan-pemilihan lain
(pilleg, pilpres, pemillukada, dan pimilugub) yang juga melibatkan warga masyarakat desa secara
umum.
Khusus
untuk pemilihan kepala Desa Bomo, sebagaimana tradisi kepala desa di Jawa,
biasanya para peserta (kandidat) nya adalah mereka yang secara trah memiliki
hubungan dengan elit kepala desa yang lama. Hal ini tidak terlepas dari
anggapan masyarakat banyak di desa-desa bahwa jabatan kepala desa adalah
jabatan garis tangan keluarga-keluarga tersebut. Fenomena inilah yang biasa
disebut pulung –dalam tradisi jawa- bagi keluarga-keluarga tersebut.
Jabatan
kepala desa merupakan jabatan yang tidak serta merta dapat diwariskan kepada
anak cucu. Mereka dipilh karena kecerdasan, etos kerja, kejujuran dan
kedekatannya dengan warga desa. Kepala desa bisa diganti sebelum masa
jabatannya habis, jika ia melanggar peraturan maupun norma-norma yang berlaku.
Begitu pula ia bisa diganti jika ia berhalangan tetap.
Karena
demikian, maka setiap orang yang memiliki dan memenuhi syarat-syarat yang sudah
ditentukan dalam perundangan dan peraturan yang berlaku, bisa mengajukan diri
untuk mendaftar menjadi kandidat kepala desa. Fenomena ini juga
terjadi pada pemilihan desa Bomo pada tahun 2007. Pada pilihan
kepala desa ini partisipasi masyarakat sangat tinggi, yakni hampir 95%.
Tercatat ada tiga kandidat kepala desa pada waktu itu yang mengikuti
pemilihan kepala desa. Pilihan kepala Desa bagi warga masyarakat Desa Bomo
seperti acara perayaan desa.
Pada
bulan Juli dan Nopember 2008 ini masyarakat juga dilibatkan dalam pemilihan
Gubernur Jawa Timur putaran I dan II secara langsung. Walaupun tingkat
partisipasinya lebih rendah dari pada pilihan kepala Desa, namun hampir 70%
daftar pemilih tetap, memberikan hak pilihnya. Ini adalah
proggres demokrasi yang cukup signifikan di Desa Bomo.
Setelah
proses-proses politik selesai, situasi desa kembali berjalan normal. Hiruk
pikuk warga dalam pesta demokrasi desa berakhir dengan kembalinya kehidupan
sebagaimana awal mulanya. Masyarakat tidak terus menerus terjebak dalam
sekat-sekat kelompok pilihannya. Hal ini ditandai dengan kehidupan yang penuh
tolong menolong maupun gotong royong.
Walaupun
pola kepemimpinan ada di Kepala Desa namun mekanisme pengambilan keputusan
selalu ada pelibatan masyarakat baik lewat lembaga resmi desa seperti Badan
Perwakilan Desa maupun lewat masyarakat langsung. Dengan demikian terlihat
bahwa pola kepemimpinan di Wilayah Desa Bomo mengedepankan
pola kepemimpinan yang demokratis.
Berdasarkan
deskripsi beberapa fakta di atas, dapat dipahami bahwa Desa Bomo mempunyai dinamika politik lokal yang bagus. Hal ini
terlihat baik dari segi pola kepemimpinan, mekanisme pemilihan kepemimpinan,
sampai dengan partisipasi masyarakat dalam menerapkan sistem politik demokratis
ke dalam kehidupan politik lokal. Tetapi terhadap minat politik daerah dan
nasional terlihat masih kurang antusias. Hal ini dapat dimengerti dikarenakan
dinamika politik nasional dalam kehidupan keseharian masyarakat Desa Bomo
kurang mempunyai greget, terutama yang berkaitan dengan permasalahan, kebutuhan
dan kepentingan masyarakat secara langsung.
Berkaitan
dengan letaknya yang berada diperbatasan Jawa Timur paling ujung
timur suasana budaya masyarakat Jawa sangat terasa di Desa
Bomo. Dalam hal kegiatan agama Islam misalnya, suasananya sangat dipengaruhi
oleh aspek budaya dan sosial Jawa. Hal ini tergambar dari dipakainya kalender
Jawa/ Islam, masih adanya budaya nyadran, slametan, tahlilan, mithoni, dan
lainnya, yang semuanya merefleksikan sisi-sisi akulturasi budaya Islam dan
Jawa.
Dengan
semakin terbukanya masyarakat terhadap arus informasi, hal-hal lama ini mulai
mendapat respon dan tafsir balik dari masyarakat. Hal ini menandai babak baru
dinamika sosial dan budaya, sekaligus tantangan baru bersama masyarakat Desa Bomo. Dalam rangka merespon tradisi lama ini telah mewabah
dan menjamur kelembagaan sosial, politik, agama, dan budaya di Desa Bomo.
Tentunya hal ini membutuhkan kearifan tersendiri, sebab walaupun secara budaya
berlembaga dan berorganisasi adalah baik tetapi secara sosiologis ia akan
beresiko menghadirkan kerawanan dan konflik sosial.
Dalam
catatan sejarah, selama ini belum pernah terjadi bencana alam dan sosial yang
cukup berarti di Desa Bomo. Isu-isu terkait tema ini, seperti kemiskinan dan
bencana alam, tidak sampai pada titik kronis yang membahayakan masyarakat dan
sosial.
2.1.5 Keadaan Ekonomi
Tingkat pendapatan rata-rata penduduk Desa Bomo Rp. 10.000,-/hari
Secara umum
mata pencaharian warga masyarakat Desa Bomo dapat teridentifikasi ke dalam
beberapa sektor yaitu pertanian, jasa/perdagangan, industri dan lain-lain.
Berdasarkan data yang ada, masyarakat yang bekerja di sektor pertanian
berjumlah 1.810
orang, yang bekerja disektor jasa berjumlah 52 orang, yang bekerja di sektor
industri 125 orang, dan bekerja di sektor lain-lain 3.563 orang. Dengan demikian
jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian berjumlah 5.550 orang. Berikut ini adalah
tabel jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian.
Tabel 6
Mata Pencaharian dan Jumlahnya
No
|
Mata
Pencaharian
|
Jumlah
|
Prosentase
|
|
1
|
Pertanian
|
1.810 orang
|
32,61
%
|
|
2
|
Jasa/
Perdagangan
1. Jasa
Pemerintahan
2. Jasa
Perdagangan
3. Jasa
Angkutan
4. Jasa
Ketrampilan
5. Jasa
lainnya
|
41
orang
303
orang
-
orang
82
orang
9
orang
|
0,74
%
5,46
%
0 %
1,48
%
0,16
%
|
|
3
|
Sektor
Industri
|
125 orang
|
2,25
%
|
|
4
|
Sektor lain
|
3.180 orang
|
57,30
%
|
|
Jumlah
|
5.550
orang
|
100 %
|
Dengan
melihat data di atas maka angka pengangguran di Desa Bomo
masih cukup rendah. Berdasarkan
data lain dinyatakan bahwa jumlah penduduk usia 20-55 yang belum bekerja berjumlah 334 orang dari jumlah angkatan kerja
sekitar 3.894 orang. Angka-angka inilah yang
merupakan kisaran angka pengangguran di Desa Bomo.
2.4 Kondisi Infrastruktur
yang Mendukung Rencana Pengembangan
2.4.1 Sarana dan Prasarana Pendukung Pemerintahan
Fasilitas
sarana dan prasarana pemerintahan yang ada di wilayah desa Bomo berupa Kantor
Desa yang sementara ini berada di Rumah Kepala Desa .
2.4.2 Sarana Jalan
Sarana jalan khususnya jalan aspal
yang tersebar di 7 (Tujuh) dusun yang ada di desa Bomo pada umumnya banyak yang
rusak, pada saat musim hujan jalan menjadi licin dan becek hal ini disebabkan
banyak saluran air yang berada di tepi jalan terkikis air dan saluran air
menjadi mampet/buntu disamping itu juga dijumpai jalan aspal yang dibangun
tidak mempunyai saluran pembuangan air ,
keadaan demikian sangat membahayakan bagi pengendara kendaraan dapat
mengakibatkan jatuh dan rawan terjadinya
kecelakaan.
Jalan Makadam yang ada di desa Bomo dan tersebar
di 7 (tujuh) dusun banyak yang rusak dan berlobang dan masih belum tergarap
sehingga apabila musim hujan jalan menjadi licin dan becek sehingga dapat membahayakan pengendara kendaraan serta
rawan terjadi kecelakan. Perlu segera dilakukan perbaikan jalan makadam
atau peningkatan kualitas jalan dari
makadam menjadi jalan aspal.
Jalan lingkungan yang berada di desa
Bomo yang tersebar di 7(Tujuh) dusun, masih banyak jalan setapak
(tanah),apabila musim hujan datang
lingkungan disekitarnya banjir dan becek sehingga mengganggu aktifitas
warga serta dapat menyebabkan wabah penyakit diare dan demam berdarah. Permasalahan
jalan ini apabila tidak cepat diatasi
maka akan mengakibatkan terganggunya aktifitas dan pertumbuhan ekonmi desa Bomo.
2.4.3 Sarana Listrik / Jaringan Listrik Desa
Dusun-dusun yang ada di desa Bomo (3 dusun) sudah terjangkau layanan
jaringan listrik pedesaan dan sebagian besar rumah tangga telah menggunakan penerangan lampu listrik. Pada
beberapa fasilitas umum seperti Jalan di dusun Kedunen, Jatisari, Krajan, serta
tempat pemakaman umum sampai saat ini sudah terpasang lampu penerangan sehingga
memerlukan penambahan pemasangan lampu penerangan. Di lokasi tersebut
jika malam hari tidak gelap sehingga bisa terhindar terjadinya tindakan
kriminal, mengganggu keamanan serta stabilitas aktifitas warga.
2.4.3 Sarana Ekonomi Desa
Sarana ekonomi yang ada di desa Bomo adalah terdapat toko dan warung yang menjual kebutahan pokok untuk
keperluan warga desa Bomo, keberadaan warung dan toko ini sangat membantu warga
dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari harinya.
Di Dusun Krajan sebagian besar warga mempunyai kegiatan home industri yang
bergerak di bidang pembuatan Keranjang Ikan, sehingga dusun Krajan merupakan
sentra industri Keranjang ikan yang sudah terkenal. Kegiatan ini sangat
membantu peningkatan pendapat ekonomi masyarakat desa Bomo, namun masih ada
kendala dalam pemasaran hasil dan minimnya modal yang dimiliki. Perlu adanya
pembinaan dari pihak terkait terhadap
kelompok home industri agar kualitas hasil lebih baik dan memerlukan tambahan bantuan modal usaha.
2.4.4 Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang terdapat di desa Bomo antara lain : TK/ RA 3 buah,
SD/MI 3 buah, SMA/MA 1 buah. Keadaan
sarana pendidikan tersebut sebagian
gedung/ kelas rusak sedang sampai rusak
berat sehingga perlu dilakukan Rehab/pendirian gedung baru, Ruangan/lokal kelas
tidak mampu menampung jumlah siswa, halaman sekolah becek jika musim hujan.
Selain hal
tersebut di beberapa sekolahan masih kekurangan buku-buku pelajaran yang dapat
menunjang proses belajar dan mengajar.
2.4.5 Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di desa Bomo antara lain : 1 buah Polindes,
dan 6 buah tempat posyandu. Petugas Polindes yang melayani masyarakat
terdiri dari 1 orang bidan, dan 1 orang Mantri. jumlah kader penggerak posyandu
di desa Bomo sebanyak 6 orang.
Selain itu di
Desa Bomo juga terdapat 1 orang dukun beranak yang sudah mengikuti pelatihan
dari dinas kesehatan (dukun terlatih) yang siap untuk melayani dan membantu
para ibu-ibu hamil yang akan melahirkan.
2.4.6 Sarana Ibadah
Sarana peribadatan yang ada di desa Bomo adalah 5 buah masjid dan 30 buah Musollah. Sarana ibadah ini cukup
untuk menampung rutinitas kegiatan ibadah ummat islam di desa Bomo yang 100 %
masyarakatnya pemeluk agama Islam. Keadaan bangunan masjid dan bangunan musollah saat ini sebagian ada
yang memerlukan rehab/pembangunan kembali karena kondisi bangunannya
sudah rusak berat maupun rusak ringan.
2.5 Gambaran Modal
Sosial Lokal
2. 5.1 Tingkat SDM Yang Dimiliki Desa
1.
Tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat yang masih rendah.
2. Kurangnya keahlian dan keterampilan masyarakat
yang mengakibatkan banyaknya pengangguran karena tidak dapat bersaing pada
bursa kerja maupun penciptaan lapangan kerja.
3. Masih tingginya penduduk miskin
2.5.2 Tingkat Hubungan Sosial
Kemasyarakatan
1. Banyak warga
masyarakat hamil yang memeriksakan kehamilannya tidak secara rutin, kurangnya
gizi, kurangnya pengetahuan akan kesehatan ibu hamil dan tidak mampu melakukan
persalinan di puskesmas/bidan.
2. Banyak anak usia
balita yang kurang gizi, kurangnya pengetahuan ibu akan pentingnya kesehatan
anak balita, dan kurang lengkapnya fasilitas pelayanan warga masyarakat dan
anak yang dimiliki oleh posyandu,
3. Banyak janda dan
jompo serta anak cacat yang tidak dapat menghidupi dirinya dan ketidakmampuan
menghidupi dirinya dan meningkatkan penghasilannya.
2.5.3 Tingkat Hubungan
Antara Kelembagaan Masyarakat Desa
Secara
struktural desa Bomo memiliki 3 Dusun yang
masing-masing dipimpin oleh Kepala Dusn (Kepala Lingkungan). Dibawah lindungan Kepala
Desa yang dudukung oleh bidan desa termasuk Polindes.
Kondisi tersebut
didukung adanya hubungan yang harmonis antara lain :
-
Hubungan yang baik antara Ulama’ dan Umaro
-
Adanya jalinan kerja sama diantara masyarakat
-
Adanya jalinan antara perangkat Desa dengan masyarakat
-
Terlaksananya hubungan yang harmonis antara BPD dan desa sehingga
program-program pemerintah yang dilaksanakan di Desa Bomo dapat berjalan dengan
baik.
-
Adanya gerakan PKK yang membantu peningkatan peran
perempuan dan keluarga dalam mendukung kesejahteraan.
-
Adanya organisasi karang taruna yang mampu mengoptimalkan
peran pemuda dalam pembangunan.
0 komentar:
Posting Komentar